sumber: https://www.merdeka.com/pendidikan/belajar-dari-karya-sastra-angkatan-pujangga-baru-1930-yuk.html |
UNSUR INTRINSIK NOVEL
adalah unsur utama pembangun novel dari dalam. Dapat dikatakan kalau unsur ini adalah unsur dalam cerita novel itu sendiri. Unsur intrinsik ini tidak hanya ada satu, melainkan ada banyak.
Berikut merupakan unsur intrinsik Novel.
1. Tema
Tema adalah ide atau gagasan utama dari novel. Tema mengandung gambaran
luas mengenai kisah yang akan diangkat sebagai ceritanya, sehingga sangat
penting untuk memilih tema yang tepat sebelum memulai membuat sebuah novel.
Sebab tema yang bagus akan menghasilkan cerita yang bagus pula.
2. Tokoh / Penokohan
Tokoh merupakan pemeran atau seseorang yang menjadi pelaku dalam cerita
novel. Sedang penokohan atau karakterisasi merupakan watak atau sifat dari
tokoh yang ada dalam cerita novel tersebut.
Berdasarkan watak atau karakternya, tokoh dibagi menjadi tiga, antara lain:
a. Tokoh protagonis, merupakan tokoh
utama yang menjadi pusat perhatian dalam cerita. Tokoh utama ini digambarkan
sebagai seseorang yang baik yang selalu mendapatkan masalah.
b. Tokoh antagonis, merupakan tokoh yang
menjadi musuh dari tokoh utama atau tokoh protagonis dalam cerita. Tokoh
antagonis digambarkan dengan seseorang yang memiliki sifat yang buruk, tidak
bersahabat dan selalu menimbulkan konflik.
c. Tokoh tritagonis, merupakan tokoh yang
menjadi penengah antara tokoh protagonis dan juga tokoh antagonis. Tokoh
tritagonis ini digambarkan dengan seseorang yang memiliki sifat dan sikap
netral, kadang bisa berpihak pada tokoh protagonis, dan kadang berpihak pada
tokoh antagonis. Akan tetapi di saat keduanya terlibat konflik, maka tokoh
tritagonis ini bertindak sebagai pelerai dari keduanya.
Untuk menggambarkan karakter tokoh tersebut sang pengarang menampilkannya
dengan cara yang berbeda-beda setiap novelnya, berikut cara yang biasa
dilakukan pengarang untuk menggambarkan watak atau karakter dari tokoh novel:
- Penggambaran
dijelaskan melalui bentuk lahiriah seperti keadaan fisik, cara berpakaian,
tingkah laku, dan sebagainya.
- Penggambaran
dijelaskan dengan jalan pikiran tokoh.
- Penggambaran
dilakukan dengan melalui reaksi dari tokoh terhadap suatu hal atau
kejadian tertentu.
- Penggambaran
dijelaskan melalui lingkungan dan keadaan sekitar tokoh.
3. Alur (Plot)
Alur (Plot) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa yang membentuk sebuah
jalannya cerita pada novel. Secara umum alur pada novel dibedakan menjadi 3
macam, antara lain:
a. Alur maju (Progresif), merupakan alur
peristiwa-peristiwa atau kejadian dalam cerita yang bergerak secara urut dari
awal hingga akhir dan memiliki jalan cerita yang rapi. Biasanya alur maju ini
digunakan pada novel autobiografi dan biografi.
b. Alur mundur (Regresif), merupakan alur
peristiwa-peristiwa atau kejadian dalam cerita yang bergerak secara terbalik
atau dari yang sudah berlalu. Pada alur ini cerita tidak diawali dengan
pengantar.
c. Alur campuran, adalah perpaduan antara alur maju
(Progresif) dengan alur mundur (Regresif ) namun kadang jalannya alur secara
acak dan tidak rapi. Alur ini biasanya digunakan untuk novel misteri atau novel
fantasi.
Untuk alur cerita sendiri terdiri dari beberapa tahapan yang akhirnya
menjadi cerita yang menarik, tahapan-tahapan tersebut di antaranya:
a. Pengenalan (Eksposisi), pada tahapan ini
pengarang akan mengenalkan tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita novel, serta
karakter-karakternya beserta lingkungannya.
b. Pertentangan (Konflik), pada tahapan ini
tokoh utama mulai mengalami masalah atau konflik dengan tokoh antagonis, tokoh
lain, lingkungan tempat tinggalnya, maupun dengan dirinya sendiri.
c. Peningkatan Konflik, pada tahapan ini
biasanya konflik yang terjadi semakin melebar dan menjadi lebih meninggi
tingkatannya, serta konflik terjadi dengan beberapa tokoh dalam cerita.
d. Klimaks atau puncak konflik, pada tahapan ini
terjadi ketegangan dari puncak masalah dan konflik sehingga memunculkan
kejutan-kejutan yang tidak diduga-duga oleh pembaca.
e. Antiklimaks atau penurunan konflik, pada tahapan ini
konflik atau masalah berangsur terselesaikan, sehingga konflik mereda.
f. Ending, pada tahapan ini munculah penyelesaian
masalah dari konflik yang terjadi, sehingga konflik yang dialami oleh tokoh
utama terselesaikan. Ada dua penyelesaian dalam cerita novel, yaitu happy
ending (berakhir dengan bahagia), dan sad ending (berakhir dengan kesedihan).
4. Latar atau Setting
Latar atau setting yaitu tempat dan waktu yang melatarbelakangi terjadinya
kejadian dan peristiwa dalam cerita. Latar atau setting ini merupakan salah
satu unsur pembangun novel yang penting untuk menciptakan suasana dalam cerita.
Latar atau setting terdiri dari beberapa macam, di antaranya:
a. Waktu, yaitu masa di mana jalannya cerita
sedang berlangsung. Latar atau setting waktu ini bisa digambarkan secara garis
besar ataupun secara terperinci. Secara garis besar misalnya saja, pada musim
kemarau, musim hujan, siang hari, malam hari, hari minggu, dan lain sebagainya.
b. Tempat, yaitu lokasi di mana jalannya cerita
tersebut berlangsung. Latar atau setting tempat ini digambarkan secara umum dan
khusus, misalnya saja secara umum seperti di terminal Bekasi, di Stadion, dan
lain sebagainya. Sedangkan secara khusus seperti di ujung jalan mawar, di rumah
Anton dan lain sebagainya.
c. Suasana, yaitu kondisi latar
secara menyeluruh dan emosi yang kuat.
d. Sosial budaya, yaitu pergaulan yang
secara status sosial. Ini berhubungan dengan latar tempat, sebab status sosial
sangat erat hubungannya dengan tempat bergaul.
e. Keadaan lingkungan, lingkungan dari
tokoh-tokoh dalam cerita akan memunculkan konflik batin dalan jalannya cerita.
5. Sudut Pandang / Point of View
Sudut pandang merupakan cara pandang pengarang dalam menempatkan dirinya
pada cerita atau cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita. Sudut pandang
ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Sudut pandang orang pertama-sebagai pelaku utama
Pengarang dalam sudut pandang ini berperan sebagai tokoh utama dalam cerita. Sehingga apa yang diceritakan merupakan kisah pengalaman yang dapat dirasakan saat membaca cerita.
Kalimat yang digunakan biasanya menggunakan kalimat dalam bentuk aktif, dan pengarang menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”.
Pengarang dalam sudut pandang ini berperan sebagai tokoh utama dalam cerita. Sehingga apa yang diceritakan merupakan kisah pengalaman yang dapat dirasakan saat membaca cerita.
Kalimat yang digunakan biasanya menggunakan kalimat dalam bentuk aktif, dan pengarang menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”.
b. Sudut pandang orang pertama-sebagai pelaku
sampingan
Pengarang dalam sudut pandang ini sebagai pelaku di luar tokoh utama. Pengarang seperti menceritakan atau mengungkapkan tanggapannya atau sebagai pencerita apa yang dilihatnya dari tokoh utama.
Pada sudut pandang ini pengarang berperan ganda. Namun posisinya sebagai pencerita cenderung terbatas.
Pengarang dalam sudut pandang ini sebagai pelaku di luar tokoh utama. Pengarang seperti menceritakan atau mengungkapkan tanggapannya atau sebagai pencerita apa yang dilihatnya dari tokoh utama.
Pada sudut pandang ini pengarang berperan ganda. Namun posisinya sebagai pencerita cenderung terbatas.
c. Sudut orang ketiga-serba tahu
Pada sudut pandang ini pengarang menempatkan dirinya menjadi pelaku cerita sekaligus penciptanya. Pengarang bisa mengarahkan, membuat, mengomentari, bahkan melakukan dialog dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Bisa dikatakan posisi ini merupakan posisi sebebas-bebasnya.
Pada sudut pandang ini pengarang menempatkan dirinya menjadi pelaku cerita sekaligus penciptanya. Pengarang bisa mengarahkan, membuat, mengomentari, bahkan melakukan dialog dengan tokoh-tokoh dalam cerita. Bisa dikatakan posisi ini merupakan posisi sebebas-bebasnya.
d. Sudut pandang orang ketiga-sebagai pengamat
Pada sudut pandang ini pengarang menempatkan dirinya sebagai pengamat cerita saja. Sehingga pengarang hanya menyampaikan yang dia lihat, dengar, dan rasakan, kemudian disimpulkan ke dalam cerita saja. Dengan kata lain pengarang terbatas posisinya meski ada dalam cerita.
Pada sudut pandang ini pengarang menempatkan dirinya sebagai pengamat cerita saja. Sehingga pengarang hanya menyampaikan yang dia lihat, dengar, dan rasakan, kemudian disimpulkan ke dalam cerita saja. Dengan kata lain pengarang terbatas posisinya meski ada dalam cerita.
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah suatu corak dalam pemilihan bahasa yang digunakan oleh
penulis di dalam cerita novel. Gaya bahasa ini berguna untuk menciptakan
suasana atau nada untuk mengajak. Selain itu juga dapat berguna untuk
merumuskan dialog yang bisa menggambarkan hubungan atau interaksi yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita.
7. Amanat
Amanat merupakan pesan dari pengarang ke pada pembacanya yang terkandung di
dalam cerita novel. Dalam menyampaikan maksud pesannya, sang penulis biasanya
mengungkapkannya secara tersirat ataupun tersurat.
- Tersirat
, adalah amanat yang cara penyampaiannya secara langsung sehingga pembaca
bisa langsung menemukannya.
- Tersurat,
adalah amanat yang cara penyampaiannya secara tidak langsung, atau pembaca
perlu membaca cerita dari awal hingga akhir untuk bisa menemukan pesan
dari penulis.
Amanat merupakan salah satu unsur yang paling penting dari sebuah karya
sastra. Amanat dapat berupa nasehat, ajakan, kritik sosial, protes, dan lain
sebagainya.
UNSUR EKSTRINSIK NOVEL